Cerita yang abadi itu berjudul Gone With The Wind. Roman tentang cinta, dengan latar belakang pertentangan nilai konservatif dan progresif, dalam latar belakang sejarah perang saudara di Amerika itu larisnya luar biasa – sebagai novel maupun film. Karakter tokoh-tokohnya, yang dimainkan secara gemilang oleh bintang-bintang Hollywood masa lalu, nemplok dalam kenangan publik bagaikan tokoh yang pernah ada.
Gone With The Wind adalah karya yang menakjubkan. Yang paling terlihat ialah karakter tokoh-tokoh utamanya. Dengan cerdik, Margaret Mitchel, penulisnya, memilih nama Scarlett O’Hara sebagai sumber cerita. Kata ‘scarlet’ – dengan satu t, dieja serupa – dalam bahasa Inggris juga berarti warna rona pipi seseorang kala menanggung malu. Idiom yang hangat ini memang menjadi cermin yang mengenalkan pribadi Scarlet O’Hara. Gadis paling jelita di dusun kecil utara Georgia yang acapkali mengundang rona jingga pipi pria-pria pemujanya. Ia juga menelanjangi berbagai pola pikir konservatif, yang sangat sarat mengikat peradaban Amerika abad XIX.
Scarlett baru 16 tahun – usia yang layak nikah pada kala itu – ketika cerita bermula. Si kembang desa yang bermata hijau, dengan rambut gelap pekat ini, membabat halaman muka dengan berita buruk yang ia terima tentang rencana pertunangan Ashley Wilkes, lelaki yang diam-diam ia cintai. Yang lebih menyakitkan Scarlett adalah kenyataan, ‘Ashley-nya’ bakal menikahi gadis sederhana Melanie Hamilton. Tunangan yang dipilih Ashley sama sekali tidak setanding dengan Scarlett. Kenyataan itulah yang membakar nyali Scarlett untuk terus maju merangsek, dan dengan nekat berusaha merebut kembali Ashley.
Di satu kesempatan Scarlett berhasil menemui Ashley dan menyatakan cintanya sekaligus membalik keinginan zaman yang membenarkan hanya pria saja selayaknya bicara cinta. Sayangnya, meski Ashley juga mengaku menyayangi Scarlett, lelaki itu kukuh dengan keputusannya untuk menikahi Melanie. Jawaban itu membuat Scarlett meledak. Ia mengatai Ashley pengecut dan sangat bodoh lantaran mau mengawini gadis ala kadarnya seperti Melanie. Ashley tak bergeming. Tinggallah Scarlett yang sangat kecewa. Ketidakpuasan Scarlett lalu berubah menjadi amarah sepeninggal Ashley. Dengan geram ia lempar vas bunga ke tungku perapian sehingga pecah berkeping-keping. Benturan yang keras itu tidak hanya mengejutkan Scarlett, melainkan juga seorang asing yang kebetulan ada di tempat itu.
Tentu saja Scarlett kaget. Ternyata ada orang lain di tempat itu yang – pastilah – menyaksikan kelancangan usahanya untuk merebut Ashley. Namun dalam suasana hatinya yang galau Scarlett malah menyalahkan pria berkumis tipis yang kemudian ia kenal sebagai Rhett Butler. Meski sempat saling mencaci, namun Rhett sebetulnya sangat mengagumi kenekatan gadis cantik itu.. Dibiarkannya Scarlett berlari membawa malu dan luka hatinya. Bunga desa yang selalu dikerumuni kumbang muda itu semakin merana ketika melihat keteguhan Ashley terhadap Melanie. Darah panasnya kian mendidih ketika salah satu kumbang muda yang tak ia sukai terbata-bata melamarnya. Scarlett bukannya menolak melainkan menerima pinangan itu. Karena sang kumbang tak lain dari Charles Hamilton, kakak kandung Melanie, dan bersedia menikah sehari sebelum pernikahan Ashley dilangsungkan.
* * *
Sang pemilik cerita bertutur dengan cerdik, sehingga kenaifan Scarlett menjadi sangat manusiawi dan romantik. Pernikahan yang tanpa rencana justru berhasil meletakkan tali yang mengeratkan hubungan Scarlett dengan ‘wanita lain’, Melanie Hamilton. Pertentangan batin yang selalu diterima terbalik oleh mata Melanie adalah luka lain yang harus diterima Scarlett. Apalagi ketika nasib begitu iseng menertawakan pilihannya. Charles yang baru 2 bulan dinikahinya tewas di kam perang karena sakit. Bukan tewas di medan laga sebagaimana selama ini didambakan Charles dengan caranya yang bebal. Tinggallah Scarlett dengan dunianya yang mendadak berubah arah.
Scarlett terpaksa mengikuti adat dengan berbusana gaun hitam, topi hitam, dan tindak-tanduk perkabungan lainnya. Melanie yang amat menyayangi Charles kian luar biasa sayang pada iparnya nan malang tersebut. Kenyataan ini kian menyakitkan Scarlett dan tambah membukitlah kebencian pada 2 bersaudara Hamilton, meski Scarlett pun juga tengah mengandung seorang bayi Hamilton. Kelahiran anak lelaki yang dinamai Wade itu tidak bisa mengubah perasaan sang ibu muda. Scarlett tetap Scarlett yang mencintai Ashley dan menyalahkan Hamilton bersaudara atas segala kekecewaan yang ia derita.
* * *
Scarlett terus bergaun perkabungan selama 2 tahun. Namun jiwa mudanya yang selalu bergolak membawanya tetap menetap di Atlanta bersama Melanie dan Bibi Charles. Bibi Pittypat dan penduduk Atlanta lainnya tak beda dengan berbagai orang kawasan selatan yang disibukkan persiapan perang. Beberapa bentrokan kecil sudah terjadi dan penduduk Selatan selalu optimis untuk menang. Namun, sejumlah korban mulai berjatuhan. Dokter Meade kian rajin bicara perlunya pengembangan rumahsakit. Alasan itulah yang melahirkan pesta amal sekaligus menghibur para prajurit yang kebetulan bertugas di Atlanta. Sayangmya, dalam dansa-dansi itu Scarlett hanya sanggup gigit jari. Adat melarangnya turut serta padahal hatinya menjeritkan keinginan gadis muda yang sarat vitalitas.
Scarlett kian geram kala matanya mendadak bertemu dengan seseorang yang dibencinya, Rhett Butler. Adegan yang kocak dibangun Mitchell dengan pas sekali. Rhett yang 15 tahun lebih tua memang selalu digambarkan mampu mengalahkan kejudesan Scarlett. Dan sebaliknya, scarlett selalu tertolong berkat adanya kehadiran Rhett. Seperti malam dansa itu, Rhett dengan taktiknya berhasil menurunkan Scarlett di lantai dansa, mengalahkan tradisi serta keanggunan seorang Lady yang sia-sia dipertahankan scarlett.
Esoknya seluruh kota Atlanta gempar. Aib Scarlett itu entah bagaimana segera sampai ke kastil Tara. Ibu Scarlett tentu saja berang dan lewat surat menyuruh putri sulungnya itu bersiap dijemput pulang ayahnya pada keesokan hari. Namun, sekali lagi akal licik Rhett berhasil menyelamatkan Scarlett dari Tara yang ditakutinya. Ayah Scarlett yang datang menjemput, ternyata sempat dibawa Rhett ke meja judi dan bermabukan. Sang ayah yang terkuras seluruh isi kantongnya itu mau tak mau menerima ancaman balik Scarlett untuk melapor pada sang ibu tentang bekal yang habis di antara kartu poker jika ia dibawa pulang ke Tara.
Scarlett selamat dan meski mencerca Rhett habis-habisan, ia berterima kasih pada lelaki itu. Tak hanya Scarlett, Melanie pun mengagumi Rhett, sang komandan tempur yang dengan arif bijaksana mengembalikan cincin kawin Melanie. Cincin yang sudah diberikan Melanie sebagai sumbangan bagi rumahsakit itu diterima kembali dengan suka cita. Karenanya, Rhett yang lantaran insidennya di pesta dansa hendak dikucilkan penduduk itu bahkan berhasil membuat bibi Melanie mengundangnya berkunjung. Scarlett hanya mencibir, ia melecehkan kekaguman Melanie pada sikap gentleman Rhett, karena Scarlett tahu persis alasan Rhett sebenarnya untuk mengembalikan cincin tersebut hanya agar diundang berkunjung. Sebab Rhett tidak mengembalikan cincin kawin Scarlett yang juga diamalkan. Rhett tahu persis rahasia scarlett yang mengawini Charles hanya agar Ashley cemburu.
Rhett seakan selalu mengerti yang disembunyikan Scarlett, termasuk kegemarannya pada busana indah. Dengan lihai ia membuat Scarlett menanggalkan baju hitamnya. Berdandan cantik dengan topi hijau tua yang mahal. Akibatnya, semakin tergila-gilalah Rhett Butler padanya. Padahal, di mata Scarlett, Rhett tak lebih dari seorang pengambil kesempatan dalam kesempitan. Pilot tempur yang sudah berkelana di seluruh bumi Amerika dan Eropa itu meski disanjung sebagai pahlawan, sesungguhnya begitu lapang menerima kekalahannya. Ia tahu persis akan datangnya kenyataan buruk itu. Ia terlibat pertempuran namun dengan lihai selalu selamat berkat intuisinya yang tajam dan jitu membaui uang. Scarlett tahu benar, Rhett Butler memanfaatkan perang untuk menebalkan kantongnya.
***
Perang saudara yang melanda Amerika Serikat tak hanya memporakporandakan optimisme kawasan Selatan namun juga menghancurkannya. Perbudakan memang picu meledaknya pertempuran. Antara Utara yang republiken dan Selatan yang sok ningrat, aristokrat dan jumawa. Hari demi hari, kepemimpinan presiden Abraham Lincoln yang melahirkan sejarah dengan deklarasi penghapusan perbudakan itu kian kuat. Perang hadir utuh dalam kacamata Atlanta, juga di mata Scarlett.
Namun perang terasa bagai bayaran mahal bagi Scarlett. Desa kelahirannya porak poranda, ibunya tewas dalam kelaparan. Situasi yang kejam ini membuatnya terpaksa merebut Frank Kennedy yang bermodal untuk menutupi kemiskinannya. Meskipun lelaki itu tak lain dari pacar adiknya sendiri, Carreen. Lagi-lagi ia harus berperang melawan garis lurus. Kecantikan dan keberaniannya seringkali terlalu mahal ia pertaruhkan. Walau kepalanya yang cerdik, bukan hanya berisi akal bulus semata.
Si manja yang keras kepala ini ternyata sanggup membantu persalinan anak dari lelaki yang dicintainya seorang diri. Sebaliknya ia tak segan mencomot kain tirai jendela untuk dibuat gaun bertopi yang mewah dalam usahanya mengumpulkan uang. Ia terpaksa bersekutu dengan musuh demi uang gadai Tara tercinta. Scarlett bahkan meletupkan pistol yang menewaskan penjarah yang memasuki rumahnya. Tetapi malang, Scarlett tak bisa melepaskan Ashley dari benaknya.
Scarlett menjerat seribu cara untuk mengejar mimpinya. Kalaupun ia mengawini Rhett setelah Frank Kennedy juga tiada, semua itu hanya karena keberhasilan Kapten Butler memupuk harta. Kehadiran Bonnie sang bayi perempuanpun diterima Scarlett tanpa emosi meluap layaknya seorang ibu bahagia. Apalagi sejak semula Scarlett mengerti siapa Rhett Butler lengkap dengan segala affair hitamnya. Selingkuh Rhett dengan wanita malam Belle Watling membuat Scarlett selalu memandang rendah lelaki yang menjadi suami ketiganya tersebut. Di matanya hanya Ashley Wilkes yang pantas disimpan. Tak peduli Melanie Hamilton telah menjadi orang terdekatnya. Sebab hati Melanie yang tulus dan sederhana tak pernah sangsi akan kemiringan niat Scarlett pada suaminya.
***
Scarlett tak pernah menyerah mengejar Ashley. Klimaksnya adalah penyaksian Melanie. Malah Rhett yang tak sanggup. Dibawanya Bonnie ke London, menyingkir dari istrinya yang masih terus maju menangkap isi emosinya. Anti klimaksnya berupa kepulangan Rhett dan Bonnie serta kehamilan ketiga Scarlett. Tak lama Bonnie yang sangat disayangi Rhett, tewas terlempar dari pelana kudanya. Belum lagi habis masa berkabung, Melanie menyusul ke alam baka, meninggalkan pesan agar Scarlett mau memelihara anak lelakinya dan menitipkan Ashley ke tangannya.
Perjalanan panjang Scarlett O’Hara mendadak tersedak. Dalam detik yang paling akhir, ia baru menyadari betapa Melanie jauh lebih bijaksana dari dugaannya. Dengan susah payah Scarlett mengakui kenyataan, adalah Melanie satu-satunya sahabat yang ia miliki, dalam suka dan duka. Mata Scarlett terbuka lebar, ia melihat Ashley dalam porsi yang paling benar, bahwa lelaki itu amat mencintai Melanie dan betapa lemah lelaki itu. Melanie-lah yang menyelamatkan Ashley dengan seluruh kebesaran hati wanitanya.
Scarlett buru-buru kembali mencari Rhett. Rhettnya, yang karena kebodohannya sendiri terpaksa melewatkan bertahun-tahun waktu hanya untuk mengerti bahwa sesungguhnya sangat ia cintai. Namun kenyataan yang dialami Scarlett juga dialami Rhett. Disaat Scarlett mengetahui rasa cintanya pada Rhett Butler, lelaki itu justru menyadari kebalikannya. Rhett menyadari mimpinya memiliki Scarlett serupa dengan mimpi Scarlett untuk meraih Ashley.
Rhett pergi, Scarlett pun pulang ke Tara. Ia menyimpan janji pada diri sendiri untuk kembali merebut Rhett Butler. Scarlett dan Rhett adalah masa mendatang, sementara Ashley dan Melanie tak lain potret masa lalu. Satu demi satu menghilang, seperti juga hilangnya tradisi, bagai musnah terbawa angin.
—Gone—
[Adaptasi dari tulisan di majalah Jakarta Jakarta No. 279 2-8 November 1991]
ceritanya bagus banget walaupun masih sepenggal, jd pengen baca sumber dari majalah aslinya