Edelweiss,,tau ngga? Kembang gunung! Ya, karena memang adanya di gunung. Yang biasanya orang-orang bilang lambang keabadian, karena kalo dipetik bisa tahan lama disimpan di vas bunga ato dipasang pake figura. Jahilnya orang-orang baik para pendaki yang ngakunya ‘Para Pecinta Alam’ ato masyarakat sekitar kaki gunung sering memetik bunga itu untuk alasan tertentu : dijual, disimpen buat oleh2 sang pacar, ato buat jimat…(ada kali??!!).
Di daerah2 sekitar kaki gunung banyak ditemui bunga itu sudah dalam keadaan dijual untaian. Lihat saja di Bromo, Tawangmangu, ato banyak daerah lainnya di Indonesia, bisa kamu dapatkan bunga itu. Ada yang masih berwarna aslinya putih kelabu sampai kekuningan, ada juga yang sudah dikasih warna. Jadinya ada Edelweiss berwarna merah, hijau, ungu, ada juga edelweiss pink.
Ga usah dibeli bunga itu, biar ga laku-penjualnya kapok dan ga bakalan petik edelweiss gunung lagi. Keindahan Edelweiss itu pada saat mekar bersamaan di padang rumput di puncak atas sana, jadi, ga usah dipetik. Biarkan bebas di alam liar. Naiklah ke salah satu gunung yang banyak bunga edelweiss-nya dan nikmati keindahan bunga itu di habitatnya. Kamu akan ngerti dan jadi sayang dan membiarkan bunga itu di tempat asalnya. Buat cewek, jangan mau kalo cowok kamu oleh2-in bunga itu abis dia naik gunung. Itu sudah jadul banget, sama- itu tandanya cowok kamu ga paham tentang keindahan sukanya main renggut aja. Ya-uislah [pipimerah.com]
Edelweiss yang sudah dipetik
Anaphalis Javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa (Javanese edelweiss), adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara (Anaphalis javanica masih sekerabat dengan keluarga aster, sedang Edelweiss di pegunungan Alpen- Edelweiss Leucanthemum alpinum, anggota dari keluarga bunga matahari)
edelweiss Jawa
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.
Edelweiss Mauvosinstausee, kanton Valais-Swiss
Edelweiss merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
solitary edelweiss
New Zealand edelweiss
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweiss dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweiss sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.
Alpen edelweiss[Leontopodium alpinum]
Flower and Milky Way harmony, Japan
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweiss dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.