Menginap Semalam Di Pondok Hantu

Category : tinta hijau




Jangan pernah bepergian seorang diri! Ini faktanya.

Saat itu bulan Februari. Aku terpaksa harus tidur di pondokan pendaki karena gunung yang akan kudaki ditutup untuk semua aktifitas pendakian. Alasan cuaca buruk dengan hujan badai dan saat itu ada pendaki hilang belum ditemukan keberadaannya.

Aku tak bisa langsung pulang begitu  tahu jalur pendakian ditutup. Jarak basecamp dengan kota sangat jauh dan tak ada kendaraan yang bisa ditumpangi. Aku harus menunggu sampai esok hari.

Menunggu hari berganti, aku menginap di pondok pendaki yang ada di basecamp gunung itu. Tak ada siapapun karena pondok itu lumayan jauh dari desa terakhir. Dan, saat itu bukan musim pendakian jadi wajar saja jika tidak ada pendaki lain selain aku.

Malam mulai menjelang aku memasuki pondok karena udara sangat dingin di luar. Sebuah bangunan sederhana dengan ruang utama dan dua kamar. Keadaan remang-remang dengan nyala listrik dari generator swadaya masyarakat desa di bawah.

Begitu memasuki pondok ada perasaan aneh menjalar. Ah-ini hanya karena impresi perasaanku. Aku menenangkan diri. Mungkin karena lama pondok itu tidak dipakai menginap pendaki yang kemalaman seperti aku.

Aku mulai meneliti. Ruangan utama dengan dipan kayu untuk tempat tidur. Ada kamar di kanan-kiri. Yang satu dapat aku buka pintunya sedang kamar satunya lagi terkunci. Aku masuk ke dalam kamar yang dapat kubuka tadi. Segera bau lembab menyambut. Sama seperti ruangan utama, di kamar itu hanya ada dipan kayu untuk tempat tidur.

Aku menaruh backpack dan mulai menggelar matras untuk alas menutupi dipan kayu. Memperhatikan sekeliling ruangan kamar itu seperti membangkitkan misteri di pikiranku. Warna cat yang sudah kusam. Banyak sarang laba di atap dan dinding. Ada jendela dengan kaca pecah yang dari situ terlihat kegelapan hutan di luar pondok.

Aku segera teringat nasib pendaki yang hilang itu. Jangan-jangan pendaki itu dulu juga pernah menginap di pondok?! Refleks aku mengambil senter dan menyorot kolong tempat tidur. Hah! Kenapa dengan pikiranku? Apa maksudnya? Tak ada apa-apa hanya sarang laba-laba dan beberapa sampah plastik bekas bungkus makanan. Atau, mungkin di kamar yang terkunci itu? Lagi-lagi pikiranku menambah rasa takut.

Kubuang jauh pikiran buruk. Bekal makanan yang ada di dalam backpack kubuka dan mulai membuat secangkir susu coklat panas dengan kompor portabel butana. Agak lama, karena nyalanya kecil. Setelah beberapa lama aku mulai menikmati secangkir susu coklat panas  dengan roti tawar selai. Ah-nikmat sekali.

Tetapi, tetap saja ada hawa mistis di kamar itu. Tak mau berlama-lama aku memutuskan untuk keluar kamar dan tidur di ruangan utama. Waktu berjalan seperti melambat dari biasanya. Aku merintang-rintang waktu dengan menulis jurnal.

Berharap tak terjadi hal menakutkan malam itu, aku mulai memejamkan mata. Selamat tidur…..

Basecamp Ranupani 0202
“Bersihkan pikiran dari hal-hal yang menghantui karena rasa takut berawal dari situ”