Bunga itu menyembul di antara semak di pinggir telaga Ranupane

Category : cerpen

Rumpun Duri Ranupane (3)

Perkenalan mereka singkat.

Bunga itu menyembul di antara semak di pinggir telaga Ranupane. Menebarkan pesona hingga memikat rasa suka di mata siapapun yang melihat. Ilalang menghampiri. Dia tak memperdulikan rombongan temen-temannya yang telah jauh meninggalkan dia, menuju kendaraan yang akan membawa mereka kembali ke Malang. Ia berniat mengambil dan menanamnya nanti setibanya di rumah.

Agak menjorok ke bibir telaga letaknya. Ilalang menjejak-jejakkan kakinya mencari pijakan tanah yang lebih keras. Setelah berhasil ia merunduk dan mulai menggali dengan pisau kecil yang dibawanya. Hati-hati sekali ia mencabut akar tanaman itu. Indah sempurna! Lama ia pandangi bunga yang kini telah ada di tangannya.

Setelah puas ia segera kembali. Tetapi langkahnya yang tergesa berakibat….Oukh..!! Hampir saja dia terjatuh ke telaga kalau saja tak ada tangan yang menariknya. Ia bersigap. Belum pulih benar kesadarannya dia mendengar gedebuk orang yang menolongnya terperosok ke cekungan semak. Rupanya backpack berat di punggung orang itu membebani ,keseimbangannya.

“Bantu, dong…!” kata orang itu menggapaikan tangannya ke Ilalang.

Ilalang diam saja. Ia masih terkesima dengan dewa penolongnya itu. …cowok…lumayan sangar dengan mata sekelam rimba.

“Mau nolong nggak..!” ulang orang itu

Ilalang mengulurkan tangannya. Ia meneliti lelaki di hadapannya. Sekali lagi dia terpekik

“Pipi kamu berdarah!’ katanya kemudian

Lelaki itu meringis menahan sakit di wajah akibat tergores patahan ranting waktu jatuh tadi.

“Aku carikan obat merah..,” lanjut Ilalang membuka daypack miliknya. “Makanya jangan sok jadi pahlawan, tewas dulu kamu…”

-“Siapa yang mau nolong…,” kilah lelaki itu sambil memijit lukanya yang semakin berdarah,” …iyalah… besok lagi nggak usah ditolong biar nyebur sekalian….”

“Bukan itu maksudnya..” terus Ilalang masih mencari-cari di saku tas. “Enggak ada! Di ransel kamu ada?”

Lelaki itu Cuma menggelengkan kepala.

“Kamu tunggu di sini ya, tapi jangan kemana-mana…aku ambilkan obat merah dulu..!”

Ilalang berlari kecil menyusul rombongannya.  Bersemangat sekali gadis itu. Tidak seperti  kemarin tiga hari berkemah bersama teman putih abu-abunya. Sebenarnya ia tidak begitu suka kegiatan alam terbuka. Ia mengiyakan sewaktu diajak camping perpisahan kelas. Menghibur hati setelah bersitegang dengan Reno, kekasihnya. Lagipula mungkin ini saat  terakhir berbagi senang bareng teman sekelas.

Kembali lagi, Ilalang membawa obat yang dimaksud. Ia mengamati setiap penjuru. Betapa kecewa hatinya ketika tidak didapatinya lelaki itu. …atau…jangan-jangan benar mitos itu, kalo daerah ini masih angker! Tidak hanya lari kecil, sekarang dia berlari sekuat kakinya meninggalkan tempat itu. Setannn!!!

[cerpen] Rumpun Duri Ranupane