Rumpun Duri Ranupane (4)
Mobil-mobil 4 WD mulai melaju beriringan. Pandangan Ilalang tak hentinya mencari-cari berharap masih menemukan lelaki yang menolongnya di pinggir telaga. Harapannya terkabulkan. Lelaki itu melambaikan tangan menghentikan mobil. Mendekati Ilalang. Tampangnya kini jadi lucu dengan plester besar di pipi menutup lukanya.
“Ikut numpang sampai bawah ya” katanya
“Aduh sudah penuh, mas..enggak boleh!” sahut Ilalang tipis
“Boleh ya nona….tadi aku sudah tolong kamu, sekarang gantian..”
“Yee.. ternyata ada maunya…” Ilalang melirik teman-temannya dan pak sopir. “….boleh tapi ntar bayar!” canda Ilalang galak.
“Makasih, manis…”ucap lelaki itu meloncat ke mobil.
“Eitt!!! Enak aja, sana di mobil belakang, sini sudah penuh!”
Lelaki itu berjalan lemas menuju mobil di belakang yang mengangkut seluruh peralatan camping. Ia tak memperdulikan teriakan Ilalang yang menanyakan namanya.
Rombongan itu mulai meninggalkan Ranupane menuju kota Malang. Sepanjang perjalanan Ilalang sebentar-sebentar menengok ke belakang. Ia merasa kasihan dengan lelaki itu yang terpaksa ikut mobil barang karena memang mobilnya sudah penuh. Dan wajahnya merona saat bertatap-mata jika tiba-tiba mobil yang di tumpangi lelaki itu mendahuluinya.
Tak ia pungkiri hatinya mekar saat itu.
Ketika sampai di Malang Ilalang bergegas menuju mobil barang itu. Untuk kedua kalinya lelaki itu tak didapatinya. Menghilang! Ia mendongkol kesal. Sayang, jangankan alamat dan segala hal tentang lelaki mata kelam itu, namapun tak ia ketahui. Hatinya patah kecewa.
[cerpen] Rumpun Duri Ranupane